PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Berdasarkan
sejarah, nenek moyang manusia telah lama melakukan kehidupan berorientasi air
(water culture), yaitu perairan sebagai front-side (bagian depan). Water
culture ini menjadikan pertumbuhan ibu kota provinsi di kepulauan Indonesia sebagian besar berada
di tepi sungai atau laut (Nugroho,2000). Sejak dahulu manusia memilih untuk
tinggal dikawasan waterfront (tepi air), dan memanfaatkan potensi yang ada pada
kawasan tersebut dalam melangsungkan kehidupannya. Sehingga menjadikannya
sebagai suatu kawasan potensial bagi manusia untuk mewujudkan suatu ruang
hidup.
Kini manusia menjalani
pola hidup yang berkebalikan, manusia hidup dengan kehidupan berorientasi
daratan (land culture). Perairan dijadikan sebagai back-side (bagian belakang).
Orientasi terhadap kehidupan berubah dari air ke daratan serta diikuti perilaku
yang berubah pula. Hampir seluruh bagian depan bangunan rumah, toko, kantor
membelakangi danau/situ atau sungai dan pantai hanya untuk mendapatkan
kemudahan akses dari jalan. Akibatnya manusia menjadikan potensi alam yang
sebenarnya indah menjadi dumping area (area pembuangan).
Potensi alam yang indah
merupakan daya tarik kawasan waterfront yang menjadikannya sebagai obyek
wisata. Menurut Suswanto (1997). Dalam suatu obyek wisata harus ada sarana dan
prasarana penunjang untuk melayani pengunjung sehingga menimbulkan rasa senang
dan nyaman, aksesbilitas yang tinggi untuk mengunjunginya serta adanya ciri
khusus atau spesifikasi pada objek wisata tersebut.
Dalam kaitannya dengan
pemanfaatan danau sebagai objek wisata menurut Nurisjah (1997), kelestarian,
keberadaan dan keindahan badan air perlu dipertahankan fungsinya. Selain itu,
Simonds (1983) menyatakan sebagai sebuah sumber daya, badan air memiliki
potensi penggunaan rekreasi baik wilayah perairannya sendiri maupun sepanjang
tepiannya, dan badan air memiliki nilai scenic atau keindahan, dimana
pemandangan dan air membangkitkan perasaan menyenangkan.
Kawasa
waterfront Setu Babakan adalah sebuah tempat wisata atau hiburan
yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di wilayah Kelurahan
Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kawasan Setu Babakan
merupakan kawasan hunian yang memiliki nuansa kuat dan murni baik dari sisi
budaya, seni pertunjukan maupun bentuk arsitektur tradisional rumah Betawi.
Dari perkampungan yang luasnya 289 Hektar, 65 hektar di antaranya adalah milik
pemerintah di mana yang baru dikelola hanya 32 hektar.
Kawasan waterfront Situ
Babakan, di Perkampungan Budaya Betawi (PBB), merupakan salah satu kawasan
tepian air yang potensial dikembangkan sebagai objek wisata. Kegiatan wisata
telah membentuk kawasan disekitar danau terutama area waterfront menjadi area
pelayanan wisata yang tidak tertata dengan baik sehingga dapat mengakibatkan
menurunnya perhatian masyarakat kepada danau serta timbul dampak negatif
ekologis dan ekonomis pada danau.
Penataan lingkungan PBB
di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamdya Jakarta Selatan
telah ditetapkan dalam keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota
Jakarta No. 92 Tahun 2000 (LemTek FTUI dan Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2001). Keputusan
ini dilatar belakangi salah satunya oleh Peraturan Daerah No. 6 tahun 1999
mengenai Rencan Rinci Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta, pasal 74 yaitu bahwa
pengembangan kawasan prioritas ditingkat kotamadya diarahkan pada wilayah kota
yang memiliki peranan dan fungsi
strategis bagi pengembangan kegiatan ekonomi, social, budaya, dan lingkungan
kota. PBB adalah Suatu tempat di Jakarta, dimana dapat ditemukan dan
dinikmati kehidupan bernuansa Betawi berupa : komunitas Betawi, Keasrian Alam
Betawi, Tradisi Betawi, Kebudayaan dan Materi yang merupakan sumber informasi
dan dokumentasi ke-Betawi-an.
Setu babakan merupakan
kawasan resapan air tawar dan sebagai jantung dan paru-paru Ibu Kota Jakarta.
Selain itu, kawasan ini dikembangkan juga sebagai area rekreasi di PBB sehingga
dalam perkembangannya diperlukan suatu perencanaan dan perancangan landscape waterfront
situ yang baik seperti yang sudah di canangkan saat ini oleh pemerintah DKI
Jakarta dan dalam tahap pengerjaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar