Rabu, 02 Juli 2014

KONDISI UMUM KAWASAN SITU BABAKAN SAAT INI



KONDISI UMUM KAWASAN
Sejarah Situ Babakan
Situ babakan adalah danau alami, pada mulanya situ tersebut dikelilingi oleh Kampung Kalibata dan Kampung Babakan. Kampong Babakan lebih dahulu berkembang permukiman dibandingkan Kampung Kalibata, sedangkan Kampung Kalibata berupa sawah, rawa, dan perkebunan. Oleh karena itu, warga setempat lebih banyak mengakses situ tersebut melalu Kampung Babakan, sehingga masyarakat setempat menyebutnya sebagai Situ Babakan. Namun, tahun 60an bagian utara danau tersebut di tanggul sehingga situ tersebut tidak melewati Kampung Babakan lagi. Saat ini, Kampung Babakan itu sendiri masih ada dan bagian utara situ yang di tanggul hanya berupa empang dan rawa.

Perkembangan Kampung Betawi Asli
Pada abad ke 17 dan 18, Jakarta merupakan kota tempat berimigrasi orang-orang dari berbagai daerah nusantara, misalnya Melayu, Ambon, Bugis, dan Bali (Harun, et. Al, 1991). Kedatangan mereka berkaitan dengan kegiatan perdagangan yang berkembang pesat di Jakarta. Mereka membentuk permukiman menuru latar belakang etnisnya, yang biasanya terdapat didekat jalur-jalur komunikasi dan pusat yang dibangun oleh Belanda.
Dengan adanya pertumbuhan permukiman asli tersebut menurut  latar belakang etnis masing-masing, pada sekitar tahun 1840-an istilah kampung pertama kali dikenal yang mengindikasikan permukiman asli yang dibedakan dari istilah kota untuk permukiman Belanda, yang muncul dari istilah compound. Kampung-kampung inilah yang berkembang sejak abad 17, yang bersama-sama kampung didaerah dalam dan pantai, kemudian menjadi kampung Betawi yang dikenal sekarang.
Pada saat ini baik kota Jakarta maupun kampung-kampung didalamnya telah berkembang cepat. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, di Jakarta pada saat ini telah terdapat tiga tipologi kampung (Harun, et.al. 1991) yaitu ;
1.      Kampung Kota ;
Yang terletak dekat pusat kegiatan kota yang biasanya kepadatan sangat tinggi

2.      Kampung Pinggiran ;
Berada didaerah pinggiran kota tetapi masih termasuk kedalam batas wilayah dan kegiatan kota, berkepadatan antara rendah dan sedang, tapi kadang ada yang tinggi.

3.      Kampung Pedesaan ;
Kebanyakan berada di luar batas wilayah dan kegiatan perkotaan, berkepadatan rendah dan kebanyakan bertumpu pada kegiatan pertanian dan perkebunan.

Banyak kampung yang termasuk kampung kota dan kampung pinggiran berkembang setelah Belanda menguasai Jakarta. Demikian pula, hampir semua pemukiman yang berbentuk berdasarkan pengelompokan etnis terdapat pada kampung kota dan kampung pinggiran. Sebaliknya kampung pedesaan yang terdapat didaerah dalam kebanyakan sudah berdiri sejak sebelum Belanda masuk Jakarta. Karenanya, sifat Betawi asli dari kampung pedesaan lebih kuat dari kampung pada tipologi lainnya.
Rencana Induk Pengembangan Kawasan PBB (Perkampungan Budaya Betawi)
Kawasan situ babakan ditetapkan sebagai PBB berdasarkan peraturan daerah DKI Jakarta No 6 tahun 1999 tentang RTRW propinsi DKI Jakarta. Kawasan ini bertujuan untuk melestarikan budaya betawi melalui sebuah perspektif kehidupan budaya betawi.
PBB adalah suatu lingkungan kehidupan sosial atau lingkungan binaan yang bernuansa betawi, yang dihuni oleh komunitas betawi dengan keasrian alam yang menarik dengan Keanekaragaman tradisi serta kebudayaan. Wadah pembinaan dan pengembangan serta pelestarian budaya betawi yang dimaksud terdiri dari 5 unit komplek yaitu :
1.      Pembinaan keagamaan / religious
2.      Pembinaan dan pengembangan nilai budaya (tata busana, tata boga, tata graha)
3.      Pembinaan dan pengembangan kebahasaan kesusatraan serta keperpusatakaan
4.      Pembinaan dan pengembangan kesenian
5.      Pembinaan tradisional, peninggalan sejarah dan permuseuman


Berdasarkan master plan PBB konsep dasar PBB adalah meningkatkan harkat dan martabat masyarakat betawi melalui penataan ruang didalam batas wilayah kehidupan masyarakat berdasarkan nilai tradisi serta sosial budaya yang dikembangkan. Seluruh bangunan di dalam PBB menampilkan citra tradisonal Indonesia khususnya betawi namun juga menggambarkan suaut perkembangan yang mengarah pada konsep berwawasan lingkungan.


Lahan PBB di bagi menjadi beberapa zona pengembangan fisik lingkungannya yang diharapkan dapat menampung aspirasi kehidupan sosial masyarakat setempat, zona pengemabangan fisik tersebut adalah ;
1.      Zona Perumahan
Tersebar merata diatas lahan terbuka (kebun dan halaman) milik penduduk. Kebun dan rumah merupakan bagian dari konsep argo wisata harus menjadi sandaran dalam menunjang kehidupan ekonomi penduduknya melalui pembinaan dan pemberdayaan masyarakatnya.
2.      Zona Kesenian Dan Sejarah
Merupaka suatu areal yang menampung kegiatan dan pengembangan kesenian betawi serta nilai sejarah yang ada pada dahulu sampai saat ini. Konsep arsitektur bangunan mauoun lingkungan di dalam zona ini mencerminkan budaya betawi dan merupakan suatu kesatuan (unity) PBB secara umum
3.      Zona Wisata Argo
Menyajikan perjalanan wisata di perkebunan atau pertamanan PBB yang seharusnya memiliki ciri dan nuansa betawi. Konsep penataan itdak dapat lepas dari zoan perumahan sebagai tempat tinggal pemilik kebon tersebut. Landscape wisata argo dilengkapi dengan elemen taman seperti bangku, lampu taman  dsb. Sehingga pengunjung dapat nyaman menikmati wisata.
4.      Zona Wisata Air
Memanfaatkan situ babakan sebagai tujuan utama (core destination) yang memberikan nilai ekonomis dan ekologis bagi penduduk PBB. Situ babakan tidak hanya dikembangkan sebagai objek wisata air namun diharapkan mampu memicu perkembangan area PBB lainnya sebagai zona wisata sesuai dengan yang telah direncanakan.
5.      Zona Industri
Didalam kawasan PBB disediakan dalam rangka melindungi dan mengembangkan industri yang ada saat ini (home industri) karena sifatnya merupakan industri rumah tangga, maka zona ini akan menyebar di dalam kawasan PBB.
Penghijaun dan pembangunan taman pada areal ini telah dilakukan di sepanjang pinggiran situ babakan bagian barat. Tanaman yang digunakan merupakan tanaman peneduh dan tanaman khas betawi.
Perencanaan kawasan PBB dilakukan oleh dinas tata kota yang ngua berperan sebagai “team leader” dalam penanganan kawasan PBB. Untuk pengembangan kawasan ini sebagai kawasan PBB maka perbaikan perencanaan sarana prasarana , infrastruktur dll perlu melalu program pemda.
Hingga saat ini lahan yang telah terbangun ± 4000 m². Pembangunan yang dilakukan diantaranya adalah ;
1.      Perbaikan jaringan jalan melalui perkerasan, baik dengan aspal maupun conblock dengan tetap memperhatikan peraturan bangunan pada kawasan PBB
2.      Pemabangunan fasilitas wisata dan pembangunan landscape furniture.
3.      Pemugaran rumah penduduk
Tabel Fasilitas Bangunan di PBB
no
Jenis bangunan
Luas m²
1
Panggung teater terbuka
± 355 m²
2
Plaza
-
3
Kantor Pengelola
± 164 m²
4
Prototype Rumah Tradisional Betawi
± 165 m²
5
Wisma Betawi
± 160 m²
6
Gallery
± 165 m²
7
Tempat Parkir
± 100 m²
8
Toilet
-
9
Musholla
-
10
Loket Sepeda Air
-

Table Landscape Furnitur di PBB
No
Jenis Landscape Furniture
Jumlah
1
Bangku Taman
30
2
Lampu Taman
40
3
Tempat Sampah
30
4
Papan Informasi
1



Fasilitas penunjang wisata yang ada di tapak berupa kios-kios, warung makan, wc umum tidak tertata dengan baik / rapi dan bersifat ilegal atau tanpa izin. Dalam hal ini pihak pengelola PBB tidak mempunyai peraturan yang kuat dalam penetapan ruang penunjang wisata sehingga pembangunan fasilitas tersebut tidak terkendali. Pengelola hanya mengeluarkan peraturan untuk tidak membanguan apapun disekitar situ apapun itu tanpa izin. Sebagai kawasan wisata, fasilitas wisata tersebut tidak berkarakter khas betawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar