KONDISI UMUM KAWASAN
Sejarah Situ Babakan
Situ
babakan adalah danau alami, pada mulanya situ tersebut dikelilingi oleh Kampung
Kalibata dan Kampung Babakan. Kampong Babakan lebih dahulu berkembang
permukiman dibandingkan Kampung Kalibata, sedangkan Kampung Kalibata berupa
sawah, rawa, dan perkebunan. Oleh karena itu, warga setempat lebih banyak
mengakses situ tersebut melalu Kampung Babakan, sehingga masyarakat setempat
menyebutnya sebagai Situ Babakan. Namun, tahun 60an bagian utara danau tersebut
di tanggul sehingga situ tersebut tidak melewati Kampung Babakan lagi. Saat
ini, Kampung Babakan itu sendiri masih ada dan bagian utara situ yang di
tanggul hanya berupa empang dan rawa.
Perkembangan Kampung Betawi Asli
Pada
abad ke 17 dan 18, Jakarta merupakan kota tempat berimigrasi orang-orang dari
berbagai daerah nusantara, misalnya Melayu, Ambon, Bugis, dan Bali (Harun, et.
Al, 1991). Kedatangan mereka berkaitan dengan kegiatan perdagangan yang
berkembang pesat di Jakarta. Mereka membentuk permukiman menuru latar belakang
etnisnya, yang biasanya terdapat didekat jalur-jalur komunikasi dan pusat yang
dibangun oleh Belanda.
Dengan
adanya pertumbuhan permukiman asli
tersebut menurut latar belakang etnis
masing-masing, pada sekitar tahun 1840-an istilah kampung pertama kali dikenal yang mengindikasikan permukiman asli yang dibedakan dari
istilah kota untuk permukiman
Belanda, yang muncul dari istilah compound.
Kampung-kampung inilah yang berkembang sejak abad 17, yang bersama-sama kampung
didaerah dalam dan pantai, kemudian menjadi kampung Betawi yang dikenal
sekarang.
Pada
saat ini baik kota Jakarta maupun kampung-kampung didalamnya telah berkembang
cepat. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, di Jakarta pada saat ini telah
terdapat tiga tipologi kampung (Harun, et.al. 1991) yaitu ;
1. Kampung
Kota ;
Yang
terletak dekat pusat kegiatan kota yang biasanya kepadatan sangat tinggi
2. Kampung
Pinggiran ;
Berada
didaerah pinggiran kota tetapi masih termasuk kedalam batas wilayah dan
kegiatan kota, berkepadatan antara rendah dan sedang, tapi kadang ada yang
tinggi.
3. Kampung
Pedesaan ;
Kebanyakan
berada di luar batas wilayah dan kegiatan perkotaan, berkepadatan rendah dan
kebanyakan bertumpu pada kegiatan pertanian dan perkebunan.
Banyak
kampung yang termasuk kampung kota dan kampung pinggiran berkembang setelah
Belanda menguasai Jakarta. Demikian pula, hampir semua pemukiman yang berbentuk
berdasarkan pengelompokan etnis terdapat pada kampung kota dan kampung
pinggiran. Sebaliknya kampung pedesaan yang terdapat didaerah dalam kebanyakan
sudah berdiri sejak sebelum Belanda masuk Jakarta. Karenanya, sifat Betawi asli
dari kampung pedesaan lebih kuat dari kampung pada tipologi lainnya.
Rencana Induk Pengembangan Kawasan
PBB (Perkampungan Budaya Betawi)
Kawasan
situ babakan ditetapkan sebagai PBB berdasarkan peraturan daerah DKI Jakarta No
6 tahun 1999 tentang RTRW propinsi DKI Jakarta. Kawasan ini bertujuan untuk
melestarikan budaya betawi melalui sebuah perspektif kehidupan budaya betawi.
PBB
adalah suatu lingkungan kehidupan sosial atau lingkungan binaan yang bernuansa
betawi, yang dihuni oleh komunitas betawi dengan keasrian alam yang menarik
dengan Keanekaragaman tradisi serta kebudayaan. Wadah pembinaan dan
pengembangan serta pelestarian budaya betawi yang dimaksud terdiri dari 5 unit
komplek yaitu :
1. Pembinaan
keagamaan / religious
2. Pembinaan
dan pengembangan nilai budaya (tata busana, tata boga, tata graha)
3. Pembinaan
dan pengembangan kebahasaan kesusatraan serta keperpusatakaan
4. Pembinaan
dan pengembangan kesenian
5. Pembinaan
tradisional, peninggalan sejarah dan permuseuman
Berdasarkan
master plan PBB konsep dasar PBB adalah meningkatkan harkat dan martabat
masyarakat betawi melalui penataan ruang didalam batas wilayah kehidupan
masyarakat berdasarkan nilai tradisi serta sosial budaya yang dikembangkan.
Seluruh bangunan di dalam PBB menampilkan citra tradisonal Indonesia khususnya
betawi namun juga menggambarkan suaut perkembangan yang mengarah pada konsep
berwawasan lingkungan.
Lahan
PBB di bagi menjadi beberapa zona pengembangan fisik lingkungannya yang
diharapkan dapat menampung aspirasi kehidupan sosial masyarakat setempat, zona
pengemabangan fisik tersebut adalah ;
1. Zona
Perumahan
Tersebar
merata diatas lahan terbuka (kebun dan halaman) milik penduduk. Kebun dan rumah
merupakan bagian dari konsep argo wisata harus menjadi sandaran dalam menunjang
kehidupan ekonomi penduduknya melalui pembinaan dan pemberdayaan masyarakatnya.
2. Zona
Kesenian Dan Sejarah
Merupaka
suatu areal yang menampung kegiatan dan pengembangan kesenian betawi serta
nilai sejarah yang ada pada dahulu sampai saat ini. Konsep arsitektur bangunan
mauoun lingkungan di dalam zona ini mencerminkan budaya betawi dan merupakan
suatu kesatuan (unity) PBB secara umum
3. Zona
Wisata Argo
Menyajikan
perjalanan wisata di perkebunan atau pertamanan PBB yang seharusnya memiliki
ciri dan nuansa betawi. Konsep penataan itdak dapat lepas dari zoan perumahan
sebagai tempat tinggal pemilik kebon tersebut. Landscape wisata argo dilengkapi
dengan elemen taman seperti bangku, lampu taman
dsb. Sehingga pengunjung dapat nyaman menikmati wisata.
4. Zona
Wisata Air
Memanfaatkan
situ babakan sebagai tujuan utama (core destination) yang memberikan nilai
ekonomis dan ekologis bagi penduduk PBB. Situ babakan tidak hanya dikembangkan
sebagai objek wisata air namun diharapkan mampu memicu perkembangan area PBB
lainnya sebagai zona wisata sesuai dengan yang telah direncanakan.
5. Zona
Industri
Didalam
kawasan PBB disediakan dalam rangka melindungi dan mengembangkan industri yang ada
saat ini (home industri) karena sifatnya merupakan industri rumah tangga, maka
zona ini akan menyebar di dalam kawasan PBB.
Penghijaun
dan pembangunan taman pada areal ini telah dilakukan di sepanjang pinggiran
situ babakan bagian barat. Tanaman yang digunakan merupakan tanaman peneduh dan
tanaman khas betawi.
Perencanaan
kawasan PBB dilakukan oleh dinas tata kota yang ngua berperan sebagai “team
leader” dalam penanganan kawasan PBB. Untuk pengembangan kawasan ini sebagai
kawasan PBB maka perbaikan perencanaan sarana prasarana , infrastruktur dll
perlu melalu program pemda.
Hingga
saat ini lahan yang telah terbangun ± 4000 m². Pembangunan yang dilakukan
diantaranya adalah ;
1. Perbaikan
jaringan jalan melalui perkerasan, baik dengan aspal maupun conblock dengan
tetap memperhatikan peraturan bangunan pada kawasan PBB
2. Pemabangunan
fasilitas wisata dan pembangunan landscape furniture.
3. Pemugaran
rumah penduduk
Tabel
Fasilitas Bangunan di PBB
no
|
Jenis bangunan
|
Luas m²
|
1
|
Panggung teater terbuka
|
± 355 m²
|
2
|
Plaza
|
-
|
3
|
Kantor Pengelola
|
± 164 m²
|
4
|
Prototype Rumah Tradisional Betawi
|
± 165 m²
|
5
|
Wisma Betawi
|
± 160 m²
|
6
|
Gallery
|
± 165 m²
|
7
|
Tempat Parkir
|
± 100 m²
|
8
|
Toilet
|
-
|
9
|
Musholla
|
-
|
10
|
Loket Sepeda Air
|
-
|
Table
Landscape Furnitur di PBB
No
|
Jenis Landscape Furniture
|
Jumlah
|
1
|
Bangku Taman
|
30
|
2
|
Lampu Taman
|
40
|
3
|
Tempat Sampah
|
30
|
4
|
Papan Informasi
|
1
|
Fasilitas
penunjang wisata yang ada di tapak berupa kios-kios, warung makan, wc umum
tidak tertata dengan baik / rapi dan bersifat ilegal atau tanpa izin. Dalam hal
ini pihak pengelola PBB tidak mempunyai peraturan yang kuat dalam penetapan
ruang penunjang wisata sehingga pembangunan fasilitas tersebut tidak
terkendali. Pengelola hanya mengeluarkan peraturan untuk tidak membanguan
apapun disekitar situ apapun itu tanpa izin. Sebagai kawasan wisata, fasilitas
wisata tersebut tidak berkarakter khas betawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar